Pages

Saturday, March 30, 2013

@panganlokal_ID Progress!

We are very happy to announce how enthusiast the people to support our campaign. Our followers today has increased to the number of 42! Even the famous public figure who follows organic lifestyle supported our campaign, she is Sophie Navita!
We are optimist that our goals will soon be achieved. Anyway, we need your help and your awareness to consume local food. It will be nothing if you don't join the movement, guys!

Tiwul, getuk, jenang, singkong, koro, buah-buahan lokal, sayur-sayuran lokal. Jadikanlah pangan tersebut sebagai gaya hidup kamu yang Indonesia banget :)

Friday, March 29, 2013

Membawa Kampanye ini ke Ranah Nasional, Indonesia Youth Forum 2013

Oleh: Ratih Nawangwulan

Motivasi saya menginisiasi kampanye ini pada awalnya bukanlah untuk mengikutkan social project ini pada suatu event, melainkan murni merupakan hasil brainstorming ide yang saya miliki dan Christy yang memang ingin menerapkan apa yang sudah kami pelajari di kampus agar kelak kami lulus, bukan hanya sekedar menjadi sarjana teknologi pertanian saja, tetapi juga dapat berkontribusi secara nyata dalam masyarakat dan memberikan dampak yang positif terutama di komunitas lokal yang saat ini kami tinggali.

Di sini, kendala yang kami hadapi adalah publikasi yang kurang terhadap kampanye yang kami dirikan. Yang banyak terjadi adalah banyak orang berseru untuk membuat perubahan, namun masyarakat terkadang kurang menanggapi. Karena itu, tidak hanya sekedar seruan saja yang dibutuhkan, tetapi aksi nyata. Melalui aksi kita berbicara, di sini tindakan kita yang dinilai, bukan hanya sekedar omongan belaka.

STAND UP, SPEAK UP, TAKE ACTION!

Demikianlah tagline Indonesia Youth Forum 2013 yang akhirnya membawa saya untuk mendaftarkan social project yang sudah dimulai dengan pembuatan akun social media di twitter (@panganlokal_ID) dan blogspot (kampanyepanganlokal.blogspot.com). Ketika saya mengunjungi website indonesiayouthforum.com, saya merinding. Kenapa merinding? Karena saya mendadak mendapatkan energi yang sangat positif. Energi yang memanggil semua pemuda yang ingin mengabdi kepada Indonesia melalui tindakan nyata. Syarat-syarat yang diberikan seperti batas umur, keaktifan organisasi, dan kemampuan bahasa inggris pun dapat saya penuhi. Dengan sebuah keyakinan dan harapan untuk mewujudkan mimpi saya, maka saya mendaftarkan diri untuk menjadi delegasi di Indonesia Youth Forum 2013.

Selama menunggu hasil seleksi tahap pertama, saya menyusun timeline untuk kampanye ini. Di sini, kami (saya dan Christy) berencana untuk menggabungkan kampanye ini pada organisasi yang saat ini kami geluti, yaitu International Association of Students in Agricultural and Related Sciences Local Committee Sebelas Maret University (IAAS LC-UNS) untuk mempermudah pelaksanaan kampanye kami.

Pada pengumuman 100 orang pertama yang lolos ke tahap interview, nama saya tidak ada. Sempat hilang harapan, namun saya percaya nama saya akan ada pada 150 nama yang akan dirilis lagi. Keesokan harinya, saya mengikuti sebuah acara menanam pohon bersama bintang-bintang NBL Indonesia untuk memenuhi undangan yang diberikan kepada organisasi kami. Acara tersebut berlangsung dari pagi hingga siang dan cukup menghabiskan tenaga karena bersama-sama menanam 100 pohon di daerah yang minim penghijauan di sudut kota Solo. Saya pun tidak sempat untuk mengecek email, karena begitu lelahnya hingga saya tertidur.

Kurang dari pukul 3 sore saya bangun dan memutuskan untuk menyalakan laptop agar dapat mengerjakan tugas-tugas perkuliahan sembari mengecek notifikasi-notifikasi pada email dan social media. Saya begitu kaget karena mendapatkan sebuah email dari Mbak Yute yang menyatakan saya lolos untuk mengikuti tahap interview dan diwajibkan untuk interview melalui skype sebelum pukul 15.00. Saya panik dan langsung menyalakan skype, namun saya sulit terhubung dengan skype. Karena saya sedang bersama teman-teman saya, saya meminjam laptop teman saya, dan masih belum dapat terhubung di skype. Akhirnya saya meminjam laptop teman saya yang lain, akhirnya skype tersambung walau waktu sudah menyatakan jam 4 kurang. Hampir satu jam saya berjuang untuk terhubung dengan interviewer saya.

Puji Tuhan, saya masih dapat diterima untuk interview. Walau saat diwawancara saya agak sedikit panik, namun Puji Tuhan saya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tanpa persiapan yang sangat layak. Benar sekali. Kondisinya waktu itu saya masih sangat lelah setelah menanam pohon, saya tertidur, dan ketika bangun dihadapi kepanikan karena tidak dapat terhubung dengan skype. Setelah interview, perasaan yang muncul adalah lega bercampur khawatir, karena sekali lagi, saya melakukan interview tanpa persiapan yang berarti. Saya hanya dapat berpasrah dan berdoa saja. Teman-teman saya yang waktu itu ada pun turut mendukung saya. Terkadang yang dibutuhkan untuk dapat maju memanglah dukungan dari orang-orang sekitar yang kita sayangi, bukan hanya niat kita saja.

Akhirnya, panitia Indonesia Youth Forum 2013 merilis 190 nama yang lolos menjadi official delegates, dan nama saya tercantum di situ, bahkan muncul dua kali. Tak terdefinisikan saat itu bagaimana perasaan saya diumumkan menjadi official delegates Indonesia Youth Forum 2013, bahagia, haru, you name it. Saya menjadi semakin yakin untuk menjalankan kampanye ini, walau follower di twitter belum banyak, but really soon we will make it as many as we can, bringing people to consume local food instead of imported food.

Ada sebuah moto hidup yang saya pegang teguh agar tidak membiarkan saya lengah dan menyerah, yaitu sebuah quote dari Collin Powell: A dream doesn't become reality through magic; it takes sweat, determination and hard work. Mewujudkan mimpi untuk Indonesia yang lebih baik bukanlah hal mudah, tetapi tidak berarti tidak mungkin. Semangat pemuda-pemudi Indonesia! Kita lah yang memegang masa depan bangsa ini!

Eat locally!
Feed globally!

Wednesday, January 16, 2013

Mengapa Kami Menginisiasi Gerakan Ini?


Istilah “Kampanye Pangan Lokal” mungkin memang belum se-familiar istilah-istilah kampanye pangan lainnya seperti “One Day No Rice”, “Go Organic” dll yang mungkin lebih familiar di telinga anda sekalian.

Gerakan “Kampanye Pangan Lokal” merupakan sebuah bentuk kampanye aneka bahan pangan lokal sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor. Selain hal tersebut, kampanye ini juga diharapkan dapat menyegarkan ingatan kita bahwa betapa kayanya negeri kita ini dengan potensi pangan lokal. Potensi pangan lokal yang kita miliki, bukan hanya terbatas pada berbagai komoditas bahan pangan sumber karbohidrat saja, seperti berbagai jenis serealia dan umbi-umbian, namun juga mencakup sayuran dan buah-buahan lokal, rempah dan herba lokal, hasil-hasil ternak serta perikanan.

Indonesia, merupakan negara yang memiliki khazanah kekayaan alam yang luar biasa besar. Dari Sabang sampai Merauke beragam jenis komoditas pangan lokal tersedia melimpah ruah. Bahkan sejak jaman dahulu kala, hal ini telah menarik perhatian bangsa-bangsa dunia terhadap Indonesia, salah satu-nya potensi rempah-rempah lokal.

Namun, Indonesia tetaplah negara yang tidak bisa menghindar dari sergapan impor bahan pangan. Impor bahan pangan dilakukan oleh pemerintah untuk menutupi defisit produksi suatu komoditas bahan pangan yang tidak mencukupi konsumsi pangan dalam negeri. Selain itu, impor bahan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku berbagai industri pangan yang memang tidak tersedia di dalam negeri. Celakanya pula, ketersediaan lahan dan hutan—yang salah satu fungsinya menyediakan aneka bahan pangan lokal semakin menyusut. Berubah rupa menjadi lahan pertambangan atau perkebunan sawit, yang dianggap punya nilai ekonomis lebih tinggi

Sulit memang untuk menghindar dari opsi impor dengan berjuta alasan dibaliknya itu, meski demikian kita bisa memulai beberapa hal untuk mengurangi impor bahan pangan tersebut.

Tulisan ini dibuat karena keprihatinan saya terhadap merajalelanya bahan pangan impor di sekitar kita. Beras, buah-buahan,gula, daging tak lepas dari sergapan impor. Mungkin anda sudah tidak asing mendengar kata “pepaya bangkok”, “lengkeng bangkok”, “beras thailand” dll. Oke, saya akan berbagi sedikit pengalaman saya masuk sebuah supermarket buah-buahan yang lumayan terkenal di ibukota. Pernahkah anda membaca nama buah-buahan yang terpajang di etalase, terutama yang ditempatkan di cool storage? Waktu itu saya cukup terkesima. Sebab sepanjang etalase buah-buahan yang saya baca hanya buah impor : “buah naga thailand”, “apel jepang”, “pear argentina”,”alpukat australia”dll…. Alpukat Australia? hmm, sampai alpukat pun harus diimpor dari Australia… yang membuat saya lega masih ada jenis buah asli Indonesia yang tidak diimpor di toko itu, yakni jeruk medan, mangga dan pisang.

Banyak orang memilih buah impor, dan komoditas pangan impor lainnya karena kualitas (katanya). Tidak bisa dipungkiri, bila kita bandingkan misal buah naga bangkok dan buah naga thailand, memang ukurannya berbeda jauh. Ukuran buah impor biasanya lebih besar  tapi harganya jauh lebih mahal dibanding buah lokal.

Banyak hal positif yang akan kita dapatkan bila kita mengkonsumsi pangan lokal. Dengan mengkonsumsi pangan lokal, maka kita dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap pangan impor. Pangan lokal bila dimaksimalkan mulai dari kegiatan budidayanya (on farm) hingga penanganan pasca panen (off farm) dengan baik, kualitasnya tentu saja tidak akan kalah dengan pangan impor. Selain hal tersebut, kita dapat membantu para petani dalam negeri. Harga jual berbagai komoditas pangan yang sudah rendah akan semakin rendah dengan merajalelanya bahan pangan impor di pasaran. Dengan selalu menggunakan pangan lokal mungkin dapat “sedikit” membantu meningkatkan kesejahteraan para petani tersebut.

Selain hal tersebut, kampanye ini pun mengajak kita untuk lebih berani meng-EKSPLOR dan mencoba berbagai pangan olahan dari berbagai jenis pangan lokal “tidak biasa” dan mungkin belum pernah anda dengar sebelumnya, namun asli Indonesia! Pangan bukan beras saja, kawan! juwawut, gadung, hanjeli, sorgum, sukun,  sagu, ubi jalar,dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis makanan yang lezat.

Jangan gengsi, apalagi ragu untuk memulai mengkonsumsi pangan lokal! Pangan lokal tidak kalah bergizi dengan pangan impor. Kurangi ketergantungan kita pada bahan pangan impor, kawan! kalau bukan kita yang memulai siapa lagi? Jangan sampai negeri ini terkenal sebagai “negeri pengimpor” di tengah berbagai potensi pangan lokal yang dimilikinya. Sungguh suatu ironi.

Diambil dari artikel berjudul "Kampanye Pangan Lokal" oleh Rahma Sofiannisa, mahasiswai Teknologi Pangan, Universitas Padjajaran yang diposkan di http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/09/12/kampanye-pangan-lokal/ pada tanggal 12 September 2012.

Apa itu Kampanye Pangan Lokal? What is Local Food Campaign?

Social Project ini merupakan bagian dari Indonesia Youth Forum 2013 :Stand Up,Speak Up,Take Action !

Ratih Nawangwulan
Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta

Kampanye Pangan Lokal adalah gerakan kampanye untuk menaikkan popularitas pangan lokal dengan membuat upaya kolaboratif untuk membangun ekonomi berbasis lokal dan mandiri - yang merupakan usaha untuk melaksanakan produksi, pemrosesan, distribusi, dan konsumsi pangan yang berkelanjutan yang terintegrasi dengan ekonomi, lingkungan dan kondisi kesehatan sosial di tempat tertentu (Wikipedia, 2013). Kampanye ini merupakan bagian dari "Gerakan Pangan Lokal" di mana pada beberapa negara telah dilaksanakan.

Kami akan memulainya dengan langkah kecil terlebih dahulu, yaitu membagikan cerita atau menyajikan artikel tentang pangan lokal di komunitas lokal kami, yaitu Surakarta (dikenal juga sebagai kota Solo), Jawa Tengah, Indonesia, untuk menjaga warisan budaya dari pangan lokal kota Solo yang mulai tergeser dengan keberadaan panganan modern. Di masa yang akan datang, kami berharap untuk dapat membantu masyarakat agar dapat memproses sumber daya lokal yang ada menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan bermanfaat, bahkan memiliki nilai gizi, dan melakukan diversifikasi pangan. Program kerja kami ke depannya adalah memberikan penyuluhan tentang pangan sehat ke sekolah-sekolah, menyuarakan tentang konsumsi pangan lokal dan diversifikasi pangan, membina desa agar dapat menonjolkan pangan lokalnya dan mengolahnya agar memiliki nilai lebih.

Kami berharap langkah kecil kami dapat memberikan dampak positif bagi komunitas lokal kami. Bagaimanapun juga, kami masih merintis gerakan ini di komunitas lokal kami. Mimpi kami adalah untuk membuat gerakan ini tersebar ke seluruh Indonesia dan bahkan ke seluruh dunia! Karena itu, jadilah bagian dari kampanye kami di komunitas lokal kamu dan bagikan ceritanya kepada kami. Think globally, act locally!

Kontak kami:
ratih.nawangwulan@gmail.com


Twitter: @panganlokal_ID


Inisiator:
Ratih Nawangwulan (@ratatatih)
Accesstia Christy (@achrsty)


indonesiayouthforum.com
---------------------------------------------------------------------------------------------
This social project is part of Indonesia Youth Forum 2013 :Stand Up,Speak Up,Take Action !


Ratih Nawangwulan
Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta


Local Food Campaign is a campaign to raise the popularity of local food by making a collaborative effort to build more locally based, self-reliant food economies - one in which sustainable food production, processing, distribution, and consumption is integrated to enhance the economic, environmental and social health of a particular place (Wikipedia, 2013). This campaign is part of "Local Food Movement" which on some countries already executed.

We are going to start it with small action first, it is to share the story about local food in our local community, Surakarta (also known as Solo City), Central Java, Indonesia, to keep the heritage of local foods in Solo City which start to lose its popularity due to the high demand of modern foods. In the future, we are expecting to help communities to process some local resources to be something more valuable, even nutritional, and do food diversification. Our working plans are giving socialization about healthy foods to schools, campaigning about local food consumption and food diversification, developing a village to promote local food from its village and processing it to give more value.

We hope that our small action would give such an impact to our local community. Anyway, we still clear the root of this movement in our local community. Our dream is to make this movement spreading through all over Indonesia and even the whole world! So, take a part of our campaign in your own local community and share us the story. Think globally, act locally!

Contact us:
ratih.nawangwulan@gmail.com


Twitter: @panganlokal_ID


Initiator:
Ratih Nawangwulan (@ratatatih)
Accesstia Christy (@achrsty)


indonesiayouthforum.com