Pages

Wednesday, January 16, 2013

Mengapa Kami Menginisiasi Gerakan Ini?


Istilah “Kampanye Pangan Lokal” mungkin memang belum se-familiar istilah-istilah kampanye pangan lainnya seperti “One Day No Rice”, “Go Organic” dll yang mungkin lebih familiar di telinga anda sekalian.

Gerakan “Kampanye Pangan Lokal” merupakan sebuah bentuk kampanye aneka bahan pangan lokal sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor. Selain hal tersebut, kampanye ini juga diharapkan dapat menyegarkan ingatan kita bahwa betapa kayanya negeri kita ini dengan potensi pangan lokal. Potensi pangan lokal yang kita miliki, bukan hanya terbatas pada berbagai komoditas bahan pangan sumber karbohidrat saja, seperti berbagai jenis serealia dan umbi-umbian, namun juga mencakup sayuran dan buah-buahan lokal, rempah dan herba lokal, hasil-hasil ternak serta perikanan.

Indonesia, merupakan negara yang memiliki khazanah kekayaan alam yang luar biasa besar. Dari Sabang sampai Merauke beragam jenis komoditas pangan lokal tersedia melimpah ruah. Bahkan sejak jaman dahulu kala, hal ini telah menarik perhatian bangsa-bangsa dunia terhadap Indonesia, salah satu-nya potensi rempah-rempah lokal.

Namun, Indonesia tetaplah negara yang tidak bisa menghindar dari sergapan impor bahan pangan. Impor bahan pangan dilakukan oleh pemerintah untuk menutupi defisit produksi suatu komoditas bahan pangan yang tidak mencukupi konsumsi pangan dalam negeri. Selain itu, impor bahan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku berbagai industri pangan yang memang tidak tersedia di dalam negeri. Celakanya pula, ketersediaan lahan dan hutan—yang salah satu fungsinya menyediakan aneka bahan pangan lokal semakin menyusut. Berubah rupa menjadi lahan pertambangan atau perkebunan sawit, yang dianggap punya nilai ekonomis lebih tinggi

Sulit memang untuk menghindar dari opsi impor dengan berjuta alasan dibaliknya itu, meski demikian kita bisa memulai beberapa hal untuk mengurangi impor bahan pangan tersebut.

Tulisan ini dibuat karena keprihatinan saya terhadap merajalelanya bahan pangan impor di sekitar kita. Beras, buah-buahan,gula, daging tak lepas dari sergapan impor. Mungkin anda sudah tidak asing mendengar kata “pepaya bangkok”, “lengkeng bangkok”, “beras thailand” dll. Oke, saya akan berbagi sedikit pengalaman saya masuk sebuah supermarket buah-buahan yang lumayan terkenal di ibukota. Pernahkah anda membaca nama buah-buahan yang terpajang di etalase, terutama yang ditempatkan di cool storage? Waktu itu saya cukup terkesima. Sebab sepanjang etalase buah-buahan yang saya baca hanya buah impor : “buah naga thailand”, “apel jepang”, “pear argentina”,”alpukat australia”dll…. Alpukat Australia? hmm, sampai alpukat pun harus diimpor dari Australia… yang membuat saya lega masih ada jenis buah asli Indonesia yang tidak diimpor di toko itu, yakni jeruk medan, mangga dan pisang.

Banyak orang memilih buah impor, dan komoditas pangan impor lainnya karena kualitas (katanya). Tidak bisa dipungkiri, bila kita bandingkan misal buah naga bangkok dan buah naga thailand, memang ukurannya berbeda jauh. Ukuran buah impor biasanya lebih besar  tapi harganya jauh lebih mahal dibanding buah lokal.

Banyak hal positif yang akan kita dapatkan bila kita mengkonsumsi pangan lokal. Dengan mengkonsumsi pangan lokal, maka kita dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap pangan impor. Pangan lokal bila dimaksimalkan mulai dari kegiatan budidayanya (on farm) hingga penanganan pasca panen (off farm) dengan baik, kualitasnya tentu saja tidak akan kalah dengan pangan impor. Selain hal tersebut, kita dapat membantu para petani dalam negeri. Harga jual berbagai komoditas pangan yang sudah rendah akan semakin rendah dengan merajalelanya bahan pangan impor di pasaran. Dengan selalu menggunakan pangan lokal mungkin dapat “sedikit” membantu meningkatkan kesejahteraan para petani tersebut.

Selain hal tersebut, kampanye ini pun mengajak kita untuk lebih berani meng-EKSPLOR dan mencoba berbagai pangan olahan dari berbagai jenis pangan lokal “tidak biasa” dan mungkin belum pernah anda dengar sebelumnya, namun asli Indonesia! Pangan bukan beras saja, kawan! juwawut, gadung, hanjeli, sorgum, sukun,  sagu, ubi jalar,dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis makanan yang lezat.

Jangan gengsi, apalagi ragu untuk memulai mengkonsumsi pangan lokal! Pangan lokal tidak kalah bergizi dengan pangan impor. Kurangi ketergantungan kita pada bahan pangan impor, kawan! kalau bukan kita yang memulai siapa lagi? Jangan sampai negeri ini terkenal sebagai “negeri pengimpor” di tengah berbagai potensi pangan lokal yang dimilikinya. Sungguh suatu ironi.

Diambil dari artikel berjudul "Kampanye Pangan Lokal" oleh Rahma Sofiannisa, mahasiswai Teknologi Pangan, Universitas Padjajaran yang diposkan di http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/09/12/kampanye-pangan-lokal/ pada tanggal 12 September 2012.

0 comments:

Post a Comment